Wanita berbaju merah tersebut mula mula hanya mendekat
melalui sekat dibalik rumah pak Sarmaji tangannya mententeng sebuah tas lusuh berwarna ungu.
bibirnya berkomat-kamit seraya mengucapkan mantra yang berirama. lidahnya ia
julurkan. kemudian bibirnya ia monyongkan, berkali-kali ia meludah pada sebuah
gelas yang berisi cairan berwarna hitam kegelapan. kemudian ia berjalan
menyusuri lorong disamping rumah pak sarmaji, mendekati kumpulan para tetua
Desa Sumberadi. sambil berjalan dadanya ia busungkan, sambil menenteng tas
lusuhnya, ia naikkan sedikit demi sedikit jarik yang membalut pahanya, hingga
terlihat panu yang menghiasi sekelumit pantatnya.
pandangan matanya tak terlepas saat ia melewati lorong itu,
matanya terus menatap kearah sarmaji, seolah-olah menunggu aba-aba dari lelaki
paruh baya itu, sarmaji yang baru mengetahui kedatangan wanita tersebut,
terkaget, tak henti hentinya ia mengubah posisi duduknya diantara kerumunan
orang itu. Eeemh
" tetua, ini, perkenalkan keponakan saya yang baru
datang dari karesidenan seberang, sulastri..." kata Sarmaji tergopoh-gopoh
keringatnya bermunculan di kerut keningnya.
"eeemh sini nak sulastri kopinya, kok cuma satu
buatnya, yang lain belum kebagian. tolong buatkan lagi" pinta Sarmaji
terhadap Sulastri. dengan sigap wanita itu pergi kembali melewati lorong di
samping rumah pak Sarmaji.
mata sekumpulan orang itu tak henti-hentinya melotot
memandangi pantat berpanu itu, hingga terhalang dinding rumah pak Sarmaji.
Sembari mengusap peluh dikeningnya itu, Sarmaji memberikan secangkir kopi
mantra itu pada Kamarun, selaku demang di desa Sumberadi tersebut. pikiran
sarmaji melayang pada gelas yang ia berikan tadi, sedangkan pikiran sekumpulan
orang itu masih melayang pada pantat Sulastri. sebagian orang masih berbisik-bisik
membincangkan Sulastri keponakan pak Sarmaji.
"wah saya masih nunggu kopinya, nih" ucap Darus,
anak Kamarun
"alah nunggu kopinya apa nunggu Sulastri?" balas
Sonaji, teman Darus.
seketika tawa gelak sedikit bermunculan,
"ngomong-ngomong, sulastri sudah punya suami belum
Maji? kalau belum, nanti saya jadikan istri ke-enam saya. hahahah" gelak
Kamarun
"Rama, kembang desa sudah diembat semua, tolong sisakan
untuk kami, haha" ucap Darus terhadap ayahnya.
"kau ini Darus!!, meskipun aku sudah tua, aku masih kuat
memliki lima istri lagi, aku sanggup bertarung merebut sulastri, hahaha"
jawab Kamarun dengan canda
Darus terdiam, melihat polah ayahnya. beberapa tetua lain
masih tertawa, dan Sonaji masih terpaku menatap dinding rumah sarmaji, berharap
Sulastri muncul dibalik dinding tersebut.
"Sulastri ini janda, tapi belum punya anak. setelah
dicerai suaminya, dia ingin tinggal disini, mau jual jamu, katanya" ucap
Sarmaji
pikiran tetua-tetua itu, berkeliaran sendiri-sendiri.
hingga pada akhirnya Sulastri datang membawa baki yang penuh
gelas berisi kopi. tangan yang tadi mententeng tas, kini terganti oleh
teko yang berisi air kopi yang masih panas. karena sulastri
tak sempat menaikkan jariknya, Sonaji merasa kecewa karena tak bisa menikmati
lekuk pantat Sulastri, tetapi yang lain masih terlena dengan Sulastri yang
berdandan menor itu.
setelah Sulastri menyajikan minumannya kepada para tamu
Sarmaji, sulastri kemudian duduk disamping Sarmaji sambil menatap nakal para
tamu pamannya itu.
Sarmaji berkali kali mencolek paha Sulastri, berusaha
memberikan kode yang sudah disepakati sebelumnya.
"Silakan diminum mas-mas" ajak sulastri, Sulastri
sendiri tengah menuangkan kopi untuk Sarmaji.
untuk kedua kalinya Sarmaji mencolek paha sulastri.
kembali sulastri mengajak tamu Sarmaji untuk menikmati kopi
buatannya. "ayo mas Demang, dinikmati kopi buatan Sulastri" ajak
Sulastri terhadap Kamarun
"saya mau minum kalau dek Sulastri mau menemani saya,
lebih nikmat kalau minum kopi sambil mangku dek Sulastri" ajak Kamarun
tatapan sarmaji tertuju pada Sulastri, berusaha memberi tahu
sulastri untuk menemani kamarun menikmati kopi bersama didepan kumpulan para
tetua Sumberadi.
sulastri bergegas menuju pangkuan Kamarun tanpa ragu, ia-pun
juga berharap mendapatkan receh dari
saku Kamarun.
wangi tembakau sangat terasa pekat ketika sulastri mendekati
Kamarun, berkali-kali Sulastri menatap Sarmaji, namun Sarmaji masih asyik
dengan obrolannya dengan para tamu lain
Kamarun yang berisitri lima itu mendekap pundak Sulastri
dengan kencang, Sulastri tidak mau diam, ia berusaha manyuapi Kamarun dengan
kopi mantranya itu.
namun Kamarun sendiri tengah asyik dengan sulastri.
tangannya mulai menggerayangi tubuh sulastri. acapkali sulastri menolak dengan
halus dan berusaha agar Kamarun mau meminum kopi tersebut.
hasil obrolan para tetua desa Sumberadi pun membuat
tenggorokan seorang demang Kamarun merasa dahaga. seteguk demi seteguk kopi itu
habis diminumnya. Sulastri menuangkan kopi panas dari teko yang
dibawanya.Sarmaji yang dari awal memperhatikan Kamarun dengan gelisah kini
mulai reda.
sulastri kemudian pergi meninggalkan kamarun, samaji dan
sekumpulan orang itu tanpa receh yang ia harapkan sebelumnya, kemudian ia kembali melewati
lorong disamping rumah Sarmaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar