Selaranda juga
terkenal dengan nama Waturanda adalah nama dari sebuah batuan yang berukuran
sangat besar yang terletak didaerah pinggir jalan Karangsambung, tepatnya di
Desa Kaligendhing, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Batuan hitam yang
menyatu dengan bukit tersebut ada juga yang menamainya dengan nama Watukebo
Kopek, yang memang dilihat secara sekilas terlihat seperti binatang kerbau
hitam. Selaranda oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Karnagsambung telah
dijadikan sebagai salah satu aset batuan unik dan menjadi obyek penelitaian
tentang proses pembentukan batuan. Breksi Selaranda diperkirakan telah berumur
55juta tahun lebih.
http://rasimunway.blogspot.com/2011/08/wisata-ilmiah-di-geowisata.html
Masyarakat
percaya sebagai batuan yang memiliki umur yang tua maka mereka mengaitkannya
dengan hal-hal yang ghaib. Konon terdapat emas segenthong atau terdapat emas
yang sangat banyak didalam batuan tersebut yang ditunggui oleh salah satu
makhluk halus yang berwujud nenek tua renta. Mungkin dengan adanya kepercayaan
masyarakat tentang mitos tersebut, masyarakat terap melestarikan batuan
tersebut dan tidak ada salah seorang masyarakat yang berani untuk merusaknya.
Hal tersebut menjadi salah satu daya tarik untuk mendorong wisatawan untuk
datang berkunjung dan melihat-lihat pemandangan yang indah dan unik di sekitar
bebatuan yang sangat besar ini serta mendengarkan mitos-mitos yang tersembunyi
dibalik batuan-batuan tersebut.
Legenda Jaka Thole
Randa Sembiga dan Mbah Laran
Randa Sembiga dan Mbah Laran
Bagi
warga sekitar Selaranda memiliki mitos sendiri. Seperti dengan apa yang telah
dituturkan oleh masyarakat-masyarakat Kaligending yang telah diceritakan secara
turun temurun oleh masyarakat sekitar. Selaranda atau Waturanda diambil dari
nama randa tua yang berarti janda tua. Janda tersebut bernama Sembiga yang
hidup disekitar sungai Luk Ulo yang melintasi daerah Kaligending.
Tidak
jauh dari rumah Sembiga terdapat duda tua yang bernama Mbah Laran dinamai
dengan nama tersebut karena rumahnya yang tidak auh dari laran sungai Luk Ulo.
Mereka sama-sama memiliki daya linuwih atau memiliki kelebihan yaitu kekuatan
kanuragan, namun keduanya memeiliki watak yang keras kepala.
Suatu
ketika Sembiga datang ke gubug Mbah Laran untuk meminjam pisau. Psiau tersebut
akan digunakan untuk membelah buah Jambe yang akan digunakan untuk nginang
dengan daun sirih. Hanya saja oleh Mbah Laran yang dipinjamkan bukanlah sebuah
pisau biasa namun pisau pusaka. Kemudian Mbah Laran berpesan agar membelahnya
jangan dilandaskan pada paha Sembiga, atau jangan sampai menempel pada paha
seorang permpuan.
Rupanya
pesan tersebut tidak digubris oleh janda tersebut. Dan nekat buah jambe
tersebut di belah dan dilandaskan diatas paha janda tersebut. Seketika itu
pisau pusaka tersebut lenyap tak berbekas.
Kejadian
tersebut lantas langsung diceritakan pada Mbah Laran, mbah Laran hanya berkata
bahwa dia sudah berpesan, namun karena sudah terlanjur dilanggar Mbah Laran
mengingatkan bahwa akan ada kejadian setelah 9 bulan 10 hari kemudian.
Dan
kejadian tersebut benar-benar terjadi. Perut Janda Sembiga tersebut kian hari
kian membesar, Janda tersebut sedang mengandung seorang janin, seperti yang
telah diisyaratkan oleh Mbah Laran. Tepat pada 9 bulan 10 hari kemudian Janda
Sembiga melahirkan seorang bayi laki-laki yang dinamai Jaka Thole.
Ketika
mulai dewasa Jaka Thole lantas menanyakan keberadaan ayahnya kepada ibunya yang
tak lain adalah Janda Sembiga tersebut.
Sang Ibu pun merasa kebingungan untuk menjelaskan kelahiran anaknya tersebut,
karena desakan dari anaknya tersebut Ibunya memerintahkan agar ia lantas
mencari Mbah Laran di pinggiran sungai Luk Ulo.
Jaka
Thole yang masih muda , ia berjalan kaki untuk mencari Mbah Laran menyusuri pinggiran sungai
yang kemudian ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang tak lain adalah Mbah
Laran. Setelah bertemu ia menceritakan bahwa ia adalah anak dari Sembiga yang
berayahkan Mbah Laran.
Mbah
Laran semula tak mau mengakui bahwa Jaka Thole sebagai anaknya. Namun untuk
menebus kekeliruannya dahulu, Mbah Laran pun bersedia mengakui Jaka Thole
sebagai anaknya dengan beberapa syarat, salah satunya Jaka Thole harus berhasil
menempuh ujia kadigdayaan.
Sebagai
ujian pertamanya, Thole ditantang untuk balap lari di hamparan pasir sungai Luk
Ulo, meskipun Mbah Laran mempunyai kesaktian, namun ternyata Thole mampu
berlari dengan cepat sekali. meski sudah kalah Mbah laran belum mau mengakui
kekalahannya. Untuk ujian selanjutnya, Jaka Thole ditantang untuk balap mabur
atau terbang. Lagi-lagi Jaka Thole mampu untuk menandinginya.
Untuk
tantangan yang terakhir kalinya Jaka Thole ditantang untuk menyebrangi sungai
Luk Ulo yang kala itu sedang banjir sambil membawa kopek. Dengan kesaktian yang
ia miliki semenjak lahir, kopek tersebut berubah menjadi kerbau hitam besar.
Kemudian Thole menyebrangi sungai dengan menaiki kerbau tersebut hingga naik ke
atas bukit.
Hingga
kini masyarakat percaya bahwa lubang yang terdapat pada atas bukit Selaranda
yang mirip dengan bekas tapak kaki kerbau dianggap wingit. Bahkan dari beberapa
pendapat masyarakat sekitar Batu Selaranda yang sangat besar tersebut jika
dilihat sekilas bentuknya mirip kerbau hitam yang besar.
Kabar
kesaktian bocah tersebut tersebar hingga ke telinga adipati Baniara. Baniara
merupakan nama sebuah desa di Karangsambung. Adipati tersebut berniat untuk
mengangkatnya sebagai anak, dan memanggil Jaka Thole untuk menghadap padanya
dan memintanya untuk menjadi anak angkatnya. Tawaran tersebut sangat diterima
baik oleh Jaka Thole. Sejak saat itu Jaka Thole tinggal bersama keluarga
Adipati Baniara. Keberadaannya kelak diharapkan untuk memperkuat kekuasaan
Adipati Baniara, apalagi dengan kekuasaan yang dimilikinya.
Selama
menjadi anak angkat ternyata banyak sekali keributan yang terjadi antara Jaka
Thole dan anak-anak Adipati Baniara. Karena Jaka Thole yang selalu mengalahkan
anak-anaknya pada saat berkelahi. Jaka Thole sering mendapatkan marah besar dai
sang Adipati, ia pun dibuat kesal oleh ulah Jaka Thole tersebut. Pikiran buruk
menyeruak dibenaknya. Hasutan dari kerabatpun ia terima mentah-mentah untuk
menyingkirkan Jaka Thole. Ia berfikir bahwa Jaka Thole akan merebut
kekuasaannya. Lantas disusunlah rencana busuk untum menyingkirkan Jaka Thole.
Dipilihlah
hari untuk membawa Jaka Thole jauh kedalam hutan. Sesampainya dalam hutan ia
disuruh untuk mengambil keris pusaka adipati tersebut dalam kamarnya, Jaka
Thole lekas mengambil keris tersebut didalam kamar ayah angkatnya.
Setelah
mengambilnya ia dituduh oleh Adipati lancang mengambil pusakanya. Jaka Thole
dihukum mati oleh adipati. Dibantu oleh pengawalnya Jaka thole diikat dengan
sutas tali. Dalam keadaan yang tidak berdaya Jaka Thole di penggal oleh ayah
angkatnya.
Darah
menyembur kemana-mana, aroma anyir menyerbak tak terhindarkan. Meski kepalanya
terpisah namun Jaka Thole masih mampu berbicara bahwa ia tak bersalah dan
mengutuk ayah angkatnya. Sebelum mati ia mengucapkan sumpah atau idu geni pada
ayah angkatnya, kelak adipati baniara akan tamat riwayatnya pada hari senin
wage oleh serbuan dari arah tenggara
karena
geram oleh kepala Jaka Thole, Lantas ia menancapkannya pada sebatang kayu,
kemudian Jaka Thole tewas secara tragis oleh ayah angkatnya sendiri.
dan
benar sumpah maut itu benar-benar terjadi. Adipati Bocor yang memimpin pasukan
diwilayah pesisir selatan akan menundukkan Adipati Baniara.
Sebelum
penyerbuan ia merencanakan untuk memerintahkan anaknya agar menyamar sebagai
abdi dalem dan mencari tahu kelemahan Adipati banira tersebut. Tidak tahu
sedang dimata-matai akhirnya Setelah selang beberapa waktu putra Adipati Bocor
tersebut mengetahui kelemahan Adipati Baniara bahwa ia mempunyai hari buruk
yaitu pada hari Senin Wage. Kabar manis tersebut lantas disampaikan kepada
ayahandanya.
Kemudian
Adipati Bocor merencanakan penyerbuan untuk menaklukan kekuasaan Adipati
Baniara. Ternyata rencana tersebut telah terdengar sampai Ke telinga Adipati
Baniara. Untuk menghalaunya ia mengerahkan beberapa prajurit. Dan peperangan
pun tak terelakkan.
Adipati
Baniara mengalami kekalahan dan bertepatan pada hari Senin Wage dan berakhirlah
kekuasaan Adipati Baniara.
Hingga sekarang masyarakat masih mempercayai bahwa Senin Wage pantang unruk menyembelih hewan, karena akan menimbulkan bahaya bagi masyarakat tersebut.
moral yang dapat dipetik pada mitos ini adalah janganlah kamu menganiaya karena kelak nanti akan teraniaya. jika tidak di dunia pastilah akan terbalas di akhirat kelak. perlu diketahui juga bahwa doa orang yang teraniaya dimakbulkan oleh Tuhan YMK.
sumber : Dinas Pariwisata Kebumen 2006 "Mengenal Beberapa Legenda Daerah Kebumen dan Obyek Wisatanya"
sumber : Dinas Pariwisata Kebumen 2006 "Mengenal Beberapa Legenda Daerah Kebumen dan Obyek Wisatanya"
Assalamualaikum senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini, Awal mula saya ikut pesugihan, Karena usaha saya bangkrut dan saya di lilit hutang hingga 900jt membuat saya nekat melakukan pesugihan, hingga sutu waktu saya diberitahukan teman saya yang pernah mengikuti penarikan uang ghaib dengan Kyai.Sukmo Joyo dan menceritakan sosok Kyai.Sukmo Joyo, saya sudah mantap hati karena kesaksian teman saya, singkat cerita saya mengikuti saran dari pak.kyai saya harus memilih penarikan dana ghaib 1 hari cair dengan tumbal hewan dan alhamdulillah keesokan harinya saya di telepon oleh pak kyai bahwa ritualnya berhasil dana yang saya minta 3Milyar benar-benar masuk di rekening saya, sampai saat ini saya masih mimpi uang sebanyak itu bukan hanya melunaskan hutang ratusan juta bahkan mampu membangun ekonomi saya yang sebelumnya bangkrut, kini saya mempunyai usaha di jakarta dan surabaya yang lumayan besar, saya sangat bersykur kepada allah dan berterimakasih kepada pak. Kyai.Sukmo Joyo berkat beliau kini saya bangkit lagi dari keterpurukan. Jika ada teman-teman yang sedang mengalami kesulitan masalah ekonomi saya sarankan untuk menghubungi Kyai.Sukmo Joyo di 085219106237 agar di berikan arahan. Untuk lebih jelasnya bisa kunjungi situsnya Pondok Spiritual Al-Hikmah
BalasHapushttp://sukmo-joyo.blogspot.co.id/