Selasa, 29 Januari 2013

Mitos Selaranda Karang Sambung



Selaranda juga terkenal dengan nama Waturanda adalah nama dari sebuah batuan yang berukuran sangat besar yang terletak didaerah pinggir jalan Karangsambung, tepatnya di Desa Kaligendhing, Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Batuan hitam yang menyatu dengan bukit tersebut ada juga yang menamainya dengan nama Watukebo Kopek, yang memang dilihat secara sekilas terlihat seperti binatang kerbau hitam. Selaranda oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Karnagsambung telah dijadikan sebagai salah satu aset batuan unik dan menjadi obyek penelitaian tentang proses pembentukan batuan. Breksi Selaranda diperkirakan telah berumur 55juta tahun lebih.

 
http://rasimunway.blogspot.com/2011/08/wisata-ilmiah-di-geowisata.html

Masyarakat percaya sebagai batuan yang memiliki umur yang tua maka mereka mengaitkannya dengan hal-hal yang ghaib. Konon terdapat emas segenthong atau terdapat emas yang sangat banyak didalam batuan tersebut yang ditunggui oleh salah satu makhluk halus yang berwujud nenek tua renta. Mungkin dengan adanya kepercayaan masyarakat tentang mitos tersebut, masyarakat terap melestarikan batuan tersebut dan tidak ada salah seorang masyarakat yang berani untuk merusaknya. Hal tersebut menjadi salah satu daya tarik untuk mendorong wisatawan untuk datang berkunjung dan melihat-lihat pemandangan yang indah dan unik di sekitar bebatuan yang sangat besar ini serta mendengarkan mitos-mitos yang tersembunyi dibalik batuan-batuan tersebut.



Legenda Jaka Thole
Randa Sembiga dan Mbah Laran

Bagi warga sekitar Selaranda memiliki mitos sendiri. Seperti dengan apa yang telah dituturkan oleh masyarakat-masyarakat Kaligending yang telah diceritakan secara turun temurun oleh masyarakat sekitar. Selaranda atau Waturanda diambil dari nama randa tua yang berarti janda tua. Janda tersebut bernama Sembiga yang hidup disekitar sungai Luk Ulo yang melintasi daerah Kaligending.
Tidak jauh dari rumah Sembiga terdapat duda tua yang bernama Mbah Laran dinamai dengan nama tersebut karena rumahnya yang tidak auh dari laran sungai Luk Ulo. Mereka sama-sama memiliki daya linuwih atau memiliki kelebihan yaitu kekuatan kanuragan, namun keduanya memeiliki watak yang keras kepala.
Suatu ketika Sembiga datang ke gubug Mbah Laran untuk meminjam pisau. Psiau tersebut akan digunakan untuk membelah buah Jambe yang akan digunakan untuk nginang dengan daun sirih. Hanya saja oleh Mbah Laran yang dipinjamkan bukanlah sebuah pisau biasa namun pisau pusaka. Kemudian Mbah Laran berpesan agar membelahnya jangan dilandaskan pada paha Sembiga, atau jangan sampai menempel pada paha seorang permpuan.

Rupanya pesan tersebut tidak digubris oleh janda tersebut. Dan nekat buah jambe tersebut di belah dan dilandaskan diatas paha janda tersebut. Seketika itu pisau pusaka tersebut lenyap tak berbekas.
Kejadian tersebut lantas langsung diceritakan pada Mbah Laran, mbah Laran hanya berkata bahwa dia sudah berpesan, namun karena sudah terlanjur dilanggar Mbah Laran mengingatkan bahwa akan ada kejadian setelah 9 bulan 10 hari kemudian.
Dan kejadian tersebut benar-benar terjadi. Perut Janda Sembiga tersebut kian hari kian membesar, Janda tersebut sedang mengandung seorang janin, seperti yang telah diisyaratkan oleh Mbah Laran. Tepat pada 9 bulan 10 hari kemudian Janda Sembiga melahirkan seorang bayi laki-laki yang dinamai Jaka Thole.
Ketika mulai dewasa Jaka Thole lantas menanyakan keberadaan ayahnya kepada ibunya yang tak lain  adalah Janda Sembiga tersebut. Sang Ibu pun merasa kebingungan untuk menjelaskan kelahiran anaknya tersebut, karena desakan dari anaknya tersebut Ibunya memerintahkan agar ia lantas mencari Mbah Laran di pinggiran sungai Luk Ulo.
Jaka Thole yang masih muda , ia berjalan kaki  untuk mencari Mbah Laran menyusuri pinggiran sungai yang kemudian ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang tak lain adalah Mbah Laran. Setelah bertemu ia menceritakan bahwa ia adalah anak dari Sembiga yang berayahkan Mbah Laran.
Mbah Laran semula tak mau mengakui bahwa Jaka Thole sebagai anaknya. Namun untuk menebus kekeliruannya dahulu, Mbah Laran pun bersedia mengakui Jaka Thole sebagai anaknya dengan beberapa syarat, salah satunya Jaka Thole harus berhasil menempuh ujia kadigdayaan.
Sebagai ujian pertamanya, Thole ditantang untuk balap lari di hamparan pasir sungai Luk Ulo, meskipun Mbah Laran mempunyai kesaktian, namun ternyata Thole mampu berlari dengan cepat sekali. meski sudah kalah Mbah laran belum mau mengakui kekalahannya. Untuk ujian selanjutnya, Jaka Thole ditantang untuk balap mabur atau terbang. Lagi-lagi Jaka Thole mampu untuk menandinginya.
Untuk tantangan yang terakhir kalinya Jaka Thole ditantang untuk menyebrangi sungai Luk Ulo yang kala itu sedang banjir sambil membawa kopek. Dengan kesaktian yang ia miliki semenjak lahir, kopek tersebut berubah menjadi kerbau hitam besar. Kemudian Thole menyebrangi sungai dengan menaiki kerbau tersebut hingga naik ke atas bukit.
Hingga kini masyarakat percaya bahwa lubang yang terdapat pada atas bukit Selaranda yang mirip dengan bekas tapak kaki kerbau dianggap wingit. Bahkan dari beberapa pendapat masyarakat sekitar Batu Selaranda yang sangat besar tersebut jika dilihat sekilas bentuknya mirip kerbau hitam yang besar.

Kabar kesaktian bocah tersebut tersebar hingga ke telinga adipati Baniara. Baniara merupakan nama sebuah desa di Karangsambung. Adipati tersebut berniat untuk mengangkatnya sebagai anak, dan memanggil Jaka Thole untuk menghadap padanya dan memintanya untuk menjadi anak angkatnya. Tawaran tersebut sangat diterima baik oleh Jaka Thole. Sejak saat itu Jaka Thole tinggal bersama keluarga Adipati Baniara. Keberadaannya kelak diharapkan untuk memperkuat kekuasaan Adipati Baniara, apalagi dengan kekuasaan yang dimilikinya.
Selama menjadi anak angkat ternyata banyak sekali keributan yang terjadi antara Jaka Thole dan anak-anak Adipati Baniara. Karena Jaka Thole yang selalu mengalahkan anak-anaknya pada saat berkelahi. Jaka Thole sering mendapatkan marah besar dai sang Adipati, ia pun dibuat kesal oleh ulah Jaka Thole tersebut. Pikiran buruk menyeruak dibenaknya. Hasutan dari kerabatpun ia terima mentah-mentah untuk menyingkirkan Jaka Thole. Ia berfikir bahwa Jaka Thole akan merebut kekuasaannya. Lantas disusunlah rencana busuk untum menyingkirkan Jaka Thole.
Dipilihlah hari untuk membawa Jaka Thole jauh kedalam hutan. Sesampainya dalam hutan ia disuruh untuk mengambil keris pusaka adipati tersebut dalam kamarnya, Jaka Thole lekas mengambil keris tersebut didalam kamar ayah angkatnya.
Setelah mengambilnya ia dituduh oleh Adipati lancang mengambil pusakanya. Jaka Thole dihukum mati oleh adipati. Dibantu oleh pengawalnya Jaka thole diikat dengan sutas tali. Dalam keadaan yang tidak berdaya Jaka Thole di penggal oleh ayah angkatnya.
Darah menyembur kemana-mana, aroma anyir menyerbak tak terhindarkan. Meski kepalanya terpisah namun Jaka Thole masih mampu berbicara bahwa ia tak bersalah dan mengutuk ayah angkatnya. Sebelum mati ia mengucapkan sumpah atau idu geni pada ayah angkatnya, kelak adipati baniara akan tamat riwayatnya pada hari senin wage oleh serbuan dari arah tenggara
karena geram oleh kepala Jaka Thole, Lantas ia menancapkannya pada sebatang kayu, kemudian Jaka Thole tewas secara tragis oleh ayah angkatnya sendiri.
dan benar sumpah maut itu benar-benar terjadi. Adipati Bocor yang memimpin pasukan diwilayah pesisir selatan akan menundukkan Adipati Baniara.
Sebelum penyerbuan ia merencanakan untuk memerintahkan anaknya agar menyamar sebagai abdi dalem dan mencari tahu kelemahan Adipati banira tersebut. Tidak tahu sedang dimata-matai akhirnya Setelah selang beberapa waktu putra Adipati Bocor tersebut mengetahui kelemahan Adipati Baniara bahwa ia mempunyai hari buruk yaitu pada hari Senin Wage. Kabar manis tersebut lantas disampaikan kepada ayahandanya.
Kemudian Adipati Bocor merencanakan penyerbuan untuk menaklukan kekuasaan Adipati Baniara. Ternyata rencana tersebut telah terdengar sampai Ke telinga Adipati Baniara. Untuk menghalaunya ia mengerahkan beberapa prajurit. Dan peperangan pun tak terelakkan.
Adipati Baniara mengalami kekalahan dan bertepatan pada hari Senin Wage dan berakhirlah kekuasaan Adipati Baniara.
Hingga sekarang masyarakat masih mempercayai bahwa Senin Wage pantang unruk menyembelih hewan, karena akan menimbulkan bahaya bagi masyarakat tersebut.

moral yang dapat dipetik pada mitos ini adalah janganlah kamu menganiaya karena kelak nanti akan teraniaya. jika tidak di dunia pastilah akan terbalas di akhirat kelak. perlu diketahui juga bahwa doa orang yang teraniaya dimakbulkan oleh Tuhan YMK.

sumber : Dinas Pariwisata Kebumen 2006 "Mengenal Beberapa Legenda Daerah Kebumen dan Obyek Wisatanya"

1 komentar:

  1. Assalamualaikum senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini, Awal mula saya ikut pesugihan, Karena usaha saya bangkrut dan saya di lilit hutang hingga 900jt membuat saya nekat melakukan pesugihan, hingga sutu waktu saya diberitahukan teman saya yang pernah mengikuti penarikan uang ghaib dengan Kyai.Sukmo Joyo dan menceritakan sosok Kyai.Sukmo Joyo, saya sudah mantap hati karena kesaksian teman saya, singkat cerita saya mengikuti saran dari pak.kyai saya harus memilih penarikan dana ghaib 1 hari cair dengan tumbal hewan dan alhamdulillah keesokan harinya saya di telepon oleh pak kyai bahwa ritualnya berhasil dana yang saya minta 3Milyar benar-benar masuk di rekening saya, sampai saat ini saya masih mimpi uang sebanyak itu bukan hanya melunaskan hutang ratusan juta bahkan mampu membangun ekonomi saya yang sebelumnya bangkrut, kini saya mempunyai usaha di jakarta dan surabaya yang lumayan besar, saya sangat bersykur kepada allah dan berterimakasih kepada pak. Kyai.Sukmo Joyo berkat beliau kini saya bangkit lagi dari keterpurukan. Jika ada teman-teman yang sedang mengalami kesulitan masalah ekonomi saya sarankan untuk menghubungi Kyai.Sukmo Joyo di 085219106237 agar di berikan arahan. Untuk lebih jelasnya bisa kunjungi situsnya Pondok Spiritual Al-Hikmah
    http://sukmo-joyo.blogspot.co.id/

    BalasHapus