Minggu, 20 Januari 2013

Ritus Lengger Banyumasan


A..     Pendahuluan
Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dan segala hal yang berhubungan dengan tanda. Kata semiotik sendiri berasal dari bahasa Yunani semion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Contohnya, asap yang membumbung tinggi yang menandai adanya api. Semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda; secara sistematis menjelaskan esensi, ciri-ciri dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya (Alex Sobur, 2004: 16 dalam).
Pengertian tanda memiliki sejarah yang cukup panjang yang bermula dalam tulisan-tulisan Yunani kumo (Masinambow, 2002: iii). Dengan demikian, tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain pada batas-batas tertentu. Tanda inilah yang kemudian di kenal dengan semiotik dan semiologi
Kabupaten Banyumas memiliki karakteristik khas, baik secara geografis maupun sosial kultural. Masyarakat Banyumas dikenal sebagai masyarakat marginal dan masyarakat yang egaliter dalam berinteraksi. Egalitarian masyarakat Banyumas dapat dilihat dari cara bertegur sapa dan mengungkapkan pendapat. Masyarakat Banyumas dikenal sebagai masyarakat yang kurang begitu memperhatikan stratifikasi sosial, sehingga terkesan tidak etis. Bahasa yang digunakan pun adalah bahasa atau dialek Banyumasan yang lugas atau dikenal dengan dialek ngapak-ngapak atau koek-koek. Cara mengemukakan pendapat dalam dialog atau diskusi dikenal dengan cablaka, yaitu mengungkapkan pendapat dengan cara lugas, apa adanya, blak-blakan, kritis, menyentil atau nylekit; sehingga bagi masyarakat dari daerah lain menganggap gaya bicara Banyumas seperti orang bertengkar (Chusmeru tanpa tahun)
Kabupaten Banyumas memiliki berbagai macam ragam budaya dan kesenian yang khas, termasuk kesenian tari-tarian tradisional. Tarian tradisional yang paling terkenal di wilayah banyumas adalah Lengger, atau Lengger calung (Lengger yang diiringi oleh alat musik calung yang mirip seperti alat musik daerah sunda).
B.     Rumusan Masalah
Apa maksud dan simbol dari ritus pertunjukan dan perjalanan sebuah Lengger dan Bagaimana Lengger dalam analisis semoitik secara general?

C.     Pembahasan
Banyumas memiliki kesenian tradisi dan bahasa yang sangat khas, menurut Koentjara ningrat (1985 dalam Kulsum : 2006) wilayah banyumas secara geografis berdekatan dengan wilayah jawa barat, menyebabkan daerah itu memiliki kebudayaan yang mirip dengan Sunda dan sangat khas untuk wilayah Jawa Tengah. Menurut Suharto (1980 dalam Kulsum: 2006) pada awal perkembangan munculnya Lengger di ilhami oleh ritus kesuburan yang terdapat dalam masyarakat agraris, seperti halnya pertunjukan tayub atau gandrung untuk keperluan ritual. Dahulu masyarakat pertanian mensyukuri panen dengan melakukan tarian kesuburan yang di persembahkan untuk dewata.
Keberadaan Lengger di wilayah Banyumas di perkirakan telah ada sejak abad 17, yang pada awalnya kelompok Lengger itu berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain yang di sebut barangan, karena terdapat pihak kraton yang menyukai adanya hiburan tersebut, maka mereka di panggil untuk bermain di pendapa atau pengaji. Dan dalam perkembangannya Lengger mulai dikenal di wilayah banyumas dan sekitarnya dan di kenal dengan dua kelompok Lengger yaitu Lengger barangan dan Lengger pengaji (Kulsum : 2004).
Menurut Sunaryadi (2000: 31) pertama kali munculnya Lengger adalah di daerah Jatilawang, suatu daerah minus yang berada di Kabupaten Banyumas. Sebagian lagi berpendapat bahwa kesenian Lengger berasal dari Mataram yang masuk di Kalibagor Banyumas pada tahun 1755 (Topik 1981 dalam Sunaryadi 2000)

C.1 Pengertian Lengger
Dalam masyarakat banyumas, arti kata Lengger dan ronggeng memiliki beberapa makna dan kesemuanya berkonotasi pada kelamin. Ada yang mengartikan Lengger berasal dari kata leng atau lubang perempuan (vagina) dan angger dengan anak laki-laki (Kulsum : 2006).
Menurut muriah Budiarti (tanpa tahun) makna Lengger berasal dari kata leng yang bererti lubang dan ger atau geger yang artinya adalah lubang yang membuat geger.
Ada pula yang mengartikan Lengger merupakan singkatan kata dari leng yang artinya lubang dan ger yang maksudnya adalah jengger adalah lubang untuk laki-laki, atau tempat laki-laki melakukan persetubuhan. Makna tersebut tidak beda jauh dari arti ronggeng, yaitu rong yang artinya lubang dan geng yang artinya ketunggeng atau tempat dimana laki-laki melakukan persetubuhan. Kedua makna ini sampai saat ini masih di terima di masyarakat Banyumas. Pendapat ini sesuai dengan pendapat beberapa kelompok seniman Banyumas yang menyatakan  bahwa leng berarti lubang dan jengger yang menandakan sifat kejantanan, namun terdapat perbedaan di antara keduanya, yaitu kedua kata itu diartikan sebagai “dikira leng ning jengger” (dikira lubang tetapi jengger), artinya dikira perempuan ternyata laki-laki (Sunaryadi 2000: 32) istilah ini lebih di prioritaskan pada penari Lengger yang di lakukan oleh penari laki-laki. Karena pada awalnya terdapat pendapat bahwa Lengger di tarikan oleh laki-laki dan kedudukannya digantikan oleh wanita sejak tahun 1918, karena semakin sulitnya menemukan anak laki-laki yang memiliki kemampuan untk menjadi penari Lengger, sedangkan sosok wanita di anggap lebih luwes dan memiliki daya tarik sensual bagi penonton (sunaryadi 2000: 38-39). 
Lain pula pada persepsi masyarakat yang memiliki faktor agama yang kuat, mereka memahami bahwa kata Lengger merupakan sebuah nasihat “elinga ngger” yang berarti elinga yang menjadi leng adalah ingatlah. Dan ngger adalah sebutan yang di tujukan pada orang yang lebih muda. Mengingat disini di tujukan pada yang Maha Kuasa
Terdapat banyak perbedaan pemahaman akan arti Lengger hal ini menunjukan bahwa adanya perbedaan lingkungan sosial-budaya masyarakat yang bersangkutan yang menandakan adanya  perbedaan nilai seiring berkembangnya tarian Lengger

C.2 Perkembangan Lengger
 Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa masyarakat Banyumas pun pada awalnya tidak mengilhami tarian Lengger sebagi tarian yang saru, namun lebih melambangkan arti kesuburan. Setelah beberapa dekade tarian Lengger mengalami beberapa pergeseran nilai, yang mengakibatkan pada pandangan orang menilai bahwa lenggak lenggok Lengger ini adalah tarian yang mengekspose keindahan tubuh seorang wanita. Mengumbar seksualitas dan minim akan moralitas, seperti yang terjadi pada masa G 30 S PKI oleh Ahmad Tohari yang diungkapkannya pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, yang mengiyakan adanya patriarki terhadap para penari Lengger wanita atau ronggeng yang cenderung di rendahkan, hanya untuk memuaskan hasrat laki-laki belaka serta banyaknya  pornoaksi yang terjadi antara ronggeng dan penonton laki-laki yang ikut menari, dan pergaulan bebas yang dilakoni para Ronggeng atau penari lengger.
Tarian Lengger awalnya merupakan tarian pergaulan yang tidak memiliki ritmik dan aturan dalam menari, seperti halnya tarian kraton pada umumnya. Tarian Lengger ini merupakan ekspresi yang di keluarkan oleh penari mengikuti irama musik. Dan para penari Lengger atau ronggeng adalah penari yang memiliki kreatifitas dan imajinasi yang bebas dalam menari. Seperti halnya makna filosofi bukak kusan yang menurut Kulsum (2006) yang merupakan simbol bahwa seorang ronggeng tidak boleh malu lagi ketika di atas panggung dan di depan masyarakat banyak, keberanian dan kebebasan di harapkan akan melahirkan pertunjukan dan kesenian yang memikat.
Dalam proses perkembangannya tarian yang awalnya hanya gerakan bebas melampiaskan kesenangan menurut Sedyawati (1980 dalam Kulsum) akhirnya dapat di terima sebagai tarian yang dapat di tonton.
Pada saat sekarang kesenian Lengger kembali mengalami pergeseran fungsi, di karenakan masyarakat mayoritas di pengaruhi oleh semakin kuatnya pemahaman religi, sehingga pada masa kini Lengger hanya sebatas hiburan dan kesenian tradisional masyarakat Banyumas. Kehadirannyapun cukup jarang di temui, biasanya pada acara peresmian, perkawinan, tujuh belasan dan sebagainya tanpa adanya unsur-unsur erotisme dalam gerakan para penarinya.

C.3 Lengger dalam Semiotik

C.3.a Ritus seorang ronggeng
Sebagai penari Lengger, seorang ronggeng memang dituntut untuk memiliki keluwesan dan daya pikat yang mempesona, biasanya para perempuan yang beranjak remaja pada kisaran usia belasan tahun. Untuk menjadi seorang Lengger terdapat beberapa macam syarat yang harus di penuhi oleh para calon penari Lengger proses ini di sebut nguntil dan orang yang melakukannya di sebut unthul. Seorang calon ronggeng dapat di ketahui sejak dirinya masih anak-anak, mereka biasanya mampu menyanyi dan menari melebihi kemampuan anak-anak pada umumnya. Masyarakat meyakini bahwa anak tersebut di masuki oleh indang atau roh Lengger dan digariskan untuk menjadi ronggeng atau penari Lengger.
Keterkaitan indang pada Lengger akan membuat para Lengger memiliki ketrampilan, kemampuan dan daya tarik tinggi dan mempesona pada saat penari Lengger berpentas di depan khalayak. Indang ini tidak mudah datang begitu saja, tetapi di peroleh dengan cara laku atau bertapa dan priatin. Mereka menganggap kedatangan indang dalam kesenian Lengger sangat berarti bagi penari, karena akan membawa berkah, rizki, pamor, dan dapat mengobati orang yang sakit. Kedatangan indang di tandai dengan adanya trance atau kesurupan.
Untuk menjadi seorang penari Lengger, pada tahap pertama para calon ronggeng harus melakukan laku, atau perilaku khusus untuk mendapatkan sesuatu yang khusus dalam ritus Jawa, yaitu topo broto dan topo ngrame. Topo Broto adalah kegiatan priatin, ngasrep atau mengurangi garam dan mengurangi makan. Hal ini ditunjukan agar para ronggeng dapat terasah mentalnya dan menambah ketertarikan pada diri ronggeng. Sedangkan topo ngrame adalah kegiatan latihan menari oleh para calon penari Lengger.
Tahap kedua adalah tahap dimana para unthul atau calon ronggeng mandi di tujuh sendang di dalam hutan dimalam bulan purnama, agar indhang yang di milik oleh para unthul dapat memberikan kekuatan supranatural.
ritus ketiga adalah mandi di sumur keramat yang diyakini dapat memberikan aura cantik kepada para unthul.
Ritual puncak dari seorang calon ronggeng adalah upacara Gladhen atau penobatan, yang di laksanakan pada waktu malam jum’at kliwon dengan menyediakan sajen seperti semara, kaca pengilon, minyak wangi, tembakau, rokok, bedak dan lampu senthir. Gladen diawali dengan acara bukak kusan, yaitu menutupi wajah ronggeng dengan kukusan atau alat untuk menanak nasi. Hal ini menyimbolkan bahwa di buanglah rasa malu dari ronggeng agar dapat bebas berekspresi ketika dalam pertunjukan. Dan pada pelaksanaan Gladhen ini diiringi oleh gendhing banyumasan, biasanya Sekar gadhung dan Eling-eling.
Tahap ini adalah contoh tahap yang di lakukan para Lengger di daerah Jatilawang, daerah yang di yakini lahirnya para penari Lengger atau ronggeng. Topo Broto, topo ngrame, Gladhen dan bukak kusan masih sering di jalankan di wilayah Banyumas.
Dalam beberapa pendapat terdapat tahap bukak klambu, istilah ini terkenal sejak novel Ahmad Tohari di terbitkan. Memang dari beberapa sumber menyetujui bahwa tradisi bukak klambu atau memerawani sang calon ronggeng adalah ritual yang paling penting dilakukan. Bukak klambu di lakukan oleh laki-laki yang mampu membayar sang ronggeng dengan nilai tertinggi. Tradisi bukak klambu menyimbolkan makna bertemunya lingga dan yoni, yang mewakili simbol kesuburan (Sunaryadi 2000: 53).
Setelah ritual-ritual tersebut di lakukan barulah sang ronggeng melakukan proses midhang yang maksudnya melakukan proses tujuh pertunjukan. Midhang ini menyimbolkan telah sahnya seorang unthul menjadi ronggeng dan mulai menjalani kehidupan dalam dunia Lengger. Hal ini d harapkan agar para ronggeng atau penari Lengger ini mampu mempromosikan dirinya dan meminta restu dari para warga sekitar.

C.3.b Tarian Lengger
Sebelumnya para ronggeng akan menari mengikuti alunan gamelan calung yang sedang di mainkan, geol dan gerakannya erotis dan sangat menarik bagi para laki-laki untuk menontonnya. Gerakan tarian Lengger yang erotis ini menyimbolkan perkawinan para dewa yang berbuah pada panen yang melimpah. sehingga masyarakat percaya dengan adanya Lengger akan membawa berkah bagi desanya. (Priyanto tanpa tahun).
Kejadian trance yang menandakan bahwa indang telah masuk dalam raga seorang ronggeng adalah tanda puncaknya atau bagian klimaks tarian Lengger. Tanpa adanya kehadiran indang, Lengger di anggap tidak klimaks.
Tarian Lengger Calung Banyumasan biasanya di lakukan pada empat babak diantaranya adalah babak gambyongan atau Lenggeran, babak badutan, babak ebeg-ebegan, babak baladewan.
a.       Babak gambyongan atau Lenggeran
tarian Lengger ini mirip seperti tari gambyong pada umumnya, di lakukan oleh penari wanita, yang tentunya cantik, menawan dan muda belia.tarian gambyongan menandakan keluwesan seorang wanita. Di mulainya tarian ini juga menandakan selamat datang dan selamat menyaksikan pertunjukan.
b.      Babak badutan
Babak ini hanya sebuah selingan yang berisi lawakan oleh salah seorang Lengger, pembawa acara dan para pemusik gending. Hal ini agar dapat memberikan waktu istirahat terhadap para ronggeng dan yang lain. Babak badhutan ini juga merupakan unsur penting dalam sebuah kesenian rakyat seperti Lengger.
c.       Babak ebeg-ebegan
Adalah babak yang ditarikan seperti dalam tarian kuda lumping. Pada babak ini penari akan mengalami keadaan trance atau kesurupan oleh indang yang merasukinya. Keadan trance oleh para penari ebeg ini menyimbolkan bahwa terdapat kekuatan supranatural yang di miliki oleh roh pelindung desa Lengger tersebut atau yang di namakan danyang. Danyang adalah perwujudan tokoh yang meninggal pada masa lampau.
d.      Babak Baladewan
Babak ini adalah babak yang di lakukan oleh salah seorang penari Lengger yang menarikan tarian Baladewan. Baladewan berasal dari kata Bala yang berarti teman dan Dewa yang diartikan sebagai Yang Maha Kuasa. Tarian ini menyimbolkan permohonan pada Yang Kuasa untuk keselamatan teman dan sahabat (Sunaryadi 2000: 56)
Sebagian berpendapat babak ini adalah babak akhir dimana para roh Lengger kembali ketempat mereka bersemayam, diyakini mereka adalah dewa-dewa yang membantu tugas manusia dalam kesehariannya.













D.     Penutup
Lengger merupakan kesenian rakyat tradisional yang cukup terkena di wilayah marginal seperti Banyumas dan sekitarnya. Dalam perkembangannya Lengger pernah mengalami masa kejayaan dan mengalami berbagai pergeseran nilai dan fungsi dari waktu ke waktu. Lengger pernah mengalami mati suri pada periode tahun 1980-an, dan muncul kembali pada tahun 90-an. Semakin tahun keberadaan kesenian Lengger mulai terpinggirkan. Karena semakin meningkatnya pemahaman masyarakat yang global dan persepsi miring terhadap kesenian Lengger yang identik dengan saru, erotisme, sensualitas seorang wanita dan seks. Pemahaman yang minim akan simbol-simbol yang ditunjukan kesenian Lengger ini juga merupakan faktor yang merubah pola pikir masyarakat terhadap kesenian Lengger.
Lengger kini hanya sebatas kesenian rakyat pinggiran, yang banyak di konsumsi oleh rakyat jelata dan banyak diantaranya di pentaskan di jalanan.














Daftar Pustaka
Chusmeru tanpa tahun “komunikasi transedental dan kearifan lokal dalam kesenian tradisional Banyumas
Herususanto, Budiono 2008, Banyumas “sejarah budaya dan watak” Lkis. Yogyakarta
Kulsum, Kendar Umi. 2006 “kajian estetika feminis(seni tradisi Lengger)” universitas Indonesia. Jakarta
Perpustakaan Universitas Pendidkan Indonesia tanpa tahun “semiotik
Priyanto, Wien Pudji tanpa tahun “Makna Indhang dalam Kesenian Ebeg dan Lengger”Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta
Sunaryadi. 2000, Lengger “tradisi dan transformasi” Yayasan untuk Indonesia : Yogyakarta

1 komentar:

  1. Assalamualaikum senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini, Awal mula saya ikut pesugihan, Karena usaha saya bangkrut dan saya di lilit hutang hingga 900jt membuat saya nekat melakukan pesugihan, hingga sutu waktu saya diberitahukan teman saya yang pernah mengikuti penarikan uang ghaib dengan Kyai.Sukmo Joyo dan menceritakan sosok Kyai.Sukmo Joyo, saya sudah mantap hati karena kesaksian teman saya, singkat cerita saya mengikuti saran dari pak.kyai saya harus memilih penarikan dana ghaib 1 hari cair dengan tumbal hewan dan alhamdulillah keesokan harinya saya di telepon oleh pak kyai bahwa ritualnya berhasil dana yang saya minta 3Milyar benar-benar masuk di rekening saya, sampai saat ini saya masih mimpi uang sebanyak itu bukan hanya melunaskan hutang ratusan juta bahkan mampu membangun ekonomi saya yang sebelumnya bangkrut, kini saya mempunyai usaha di jakarta dan surabaya yang lumayan besar, saya sangat bersykur kepada allah dan berterimakasih kepada pak. Kyai.Sukmo Joyo berkat beliau kini saya bangkit lagi dari keterpurukan. Jika ada teman-teman yang sedang mengalami kesulitan masalah ekonomi saya sarankan untuk menghubungi Kyai.Sukmo Joyo di 085219106237 agar di berikan arahan. Untuk lebih jelasnya bisa kunjungi situsnya Pondok Spiritual Al-Hikmah
    http://sukmo-joyo.blogspot.co.id/

    BalasHapus