Selasa, 20 Januari 2015

Mantra Sarmaji

Wanita berbaju merah tersebut mula mula hanya mendekat melalui sekat dibalik rumah pak Sarmaji tangannya mententeng sebuah tas lusuh berwarna ungu. bibirnya berkomat-kamit seraya mengucapkan mantra yang berirama. lidahnya ia julurkan. kemudian bibirnya ia monyongkan, berkali-kali ia meludah pada sebuah gelas yang berisi cairan berwarna hitam kegelapan. kemudian ia berjalan menyusuri lorong disamping rumah pak sarmaji, mendekati kumpulan para tetua Desa Sumberadi. sambil berjalan dadanya ia busungkan, sambil menenteng tas lusuhnya, ia naikkan sedikit demi sedikit jarik yang membalut pahanya, hingga terlihat panu yang menghiasi sekelumit pantatnya.


pandangan matanya tak terlepas saat ia melewati lorong itu, matanya terus menatap kearah sarmaji, seolah-olah menunggu aba-aba dari lelaki paruh baya itu, sarmaji yang baru mengetahui kedatangan wanita tersebut, terkaget, tak henti hentinya ia mengubah posisi duduknya diantara kerumunan orang itu. Eeemh

" tetua, ini, perkenalkan keponakan saya yang baru datang dari karesidenan seberang, sulastri..." kata Sarmaji tergopoh-gopoh
keringatnya bermunculan di kerut keningnya.

"eeemh sini nak sulastri kopinya, kok cuma satu buatnya, yang lain belum kebagian. tolong buatkan lagi" pinta Sarmaji terhadap Sulastri. dengan sigap wanita itu pergi kembali melewati lorong di samping rumah pak Sarmaji.

mata sekumpulan orang itu tak henti-hentinya melotot memandangi pantat berpanu itu, hingga terhalang dinding rumah pak Sarmaji. Sembari mengusap peluh dikeningnya itu, Sarmaji memberikan secangkir kopi mantra itu pada Kamarun, selaku demang di desa Sumberadi tersebut. pikiran sarmaji melayang pada gelas yang ia berikan tadi, sedangkan pikiran sekumpulan orang itu masih melayang pada pantat Sulastri. sebagian orang masih berbisik-bisik membincangkan Sulastri keponakan pak Sarmaji.

"wah saya masih nunggu kopinya, nih" ucap Darus, anak Kamarun

"alah nunggu kopinya apa nunggu Sulastri?" balas Sonaji, teman Darus.

seketika tawa gelak sedikit bermunculan,

"ngomong-ngomong, sulastri sudah punya suami belum Maji? kalau belum, nanti saya jadikan istri ke-enam saya. hahahah" gelak Kamarun

"Rama, kembang desa sudah diembat semua, tolong sisakan untuk kami, haha" ucap Darus terhadap ayahnya.

"kau ini Darus!!, meskipun aku sudah tua, aku masih kuat memliki lima istri lagi, aku sanggup bertarung merebut sulastri, hahaha" jawab Kamarun dengan canda

Darus terdiam, melihat polah ayahnya. beberapa tetua lain masih tertawa, dan Sonaji masih terpaku menatap dinding rumah sarmaji, berharap Sulastri muncul dibalik dinding tersebut.

"Sulastri ini janda, tapi belum punya anak. setelah dicerai suaminya, dia ingin tinggal disini, mau jual jamu, katanya" ucap Sarmaji

pikiran tetua-tetua itu, berkeliaran sendiri-sendiri.
hingga pada akhirnya Sulastri datang membawa baki yang penuh gelas berisi kopi. tangan yang tadi mententeng tas, kini terganti oleh
teko yang berisi air kopi yang masih panas. karena sulastri tak sempat menaikkan jariknya, Sonaji merasa kecewa karena tak bisa menikmati lekuk pantat Sulastri, tetapi yang lain masih terlena dengan Sulastri yang berdandan menor itu.
setelah Sulastri menyajikan minumannya kepada para tamu Sarmaji, sulastri kemudian duduk disamping Sarmaji sambil menatap nakal para tamu pamannya itu.
Sarmaji berkali kali mencolek paha Sulastri, berusaha memberikan kode yang sudah disepakati sebelumnya.

"Silakan diminum mas-mas" ajak sulastri, Sulastri sendiri tengah menuangkan kopi untuk Sarmaji.

untuk kedua kalinya Sarmaji mencolek paha sulastri.
kembali sulastri mengajak tamu Sarmaji untuk menikmati kopi buatannya. "ayo mas Demang, dinikmati kopi buatan Sulastri" ajak Sulastri terhadap Kamarun

"saya mau minum kalau dek Sulastri mau menemani saya, lebih nikmat kalau minum kopi sambil mangku dek Sulastri" ajak Kamarun

tatapan sarmaji tertuju pada Sulastri, berusaha memberi tahu sulastri untuk menemani kamarun menikmati kopi bersama didepan kumpulan para tetua Sumberadi.
sulastri bergegas menuju pangkuan Kamarun tanpa ragu, ia-pun juga  berharap mendapatkan receh dari saku Kamarun.
wangi tembakau sangat terasa pekat ketika sulastri mendekati Kamarun, berkali-kali Sulastri menatap Sarmaji, namun Sarmaji masih asyik dengan obrolannya dengan para tamu lain
Kamarun yang berisitri lima itu mendekap pundak Sulastri dengan kencang, Sulastri tidak mau diam, ia berusaha manyuapi Kamarun dengan kopi mantranya itu.
namun Kamarun sendiri tengah asyik dengan sulastri. tangannya mulai menggerayangi tubuh sulastri. acapkali sulastri menolak dengan halus dan berusaha agar Kamarun mau meminum kopi tersebut.
hasil obrolan para tetua desa Sumberadi pun membuat tenggorokan seorang demang Kamarun merasa dahaga. seteguk demi seteguk kopi itu habis diminumnya. Sulastri menuangkan kopi panas dari teko yang dibawanya.Sarmaji yang dari awal memperhatikan Kamarun dengan gelisah kini mulai reda.

sulastri kemudian pergi meninggalkan kamarun, samaji dan sekumpulan orang itu tanpa receh yang ia harapkan sebelumnya, kemudian ia  kembali melewati lorong disamping rumah Sarmaji. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar